Wednesday, 26 December 2012

Resensi Buku Jejak Sang Petualang Karya Harry Wijaya dan Christian Wijaya



Saya bukanlah seorang pendaki gunung, bukan juga seorang petualang. Saya hanyalah seorang penikmat cerita-cerita petualangan. MUNGKIN baru akan menjadi seorang petualang ataupun pendaki amatiran.

Sebuah buku yang secara tak sengaja saya temukan di perpustakan kampus…

Berpetualang mendaki gunung merupakan sebuah pengalaman yang mengasyikan. Indahnya pesona alam yang ditawarkan seakan menjadi hadiah bagi para petualang..Namun sebelumnya, saya ingin flachback sejenak. Rasanya masih belum hilang dari ingatan saya, nama Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Prof Widjajono Partowidagdo yang meninggal dunia di Gunung Tambora pada bulan April 2012 lalu. Bagi saya peristiwa itu akan selalu teringat ketika berbicara tentang pendaki gunung yang meninggal dunia ketika melakukan pendakian.

 Buku ini menceritakan berbagai pengalaman yang dialami penulisnya, Wijaya bersaudara ketika mendaki 27 gunung. Gunung-gunung yang didaki ini tersebar di beberapa pulau wilayah nusantara. Seperti Gunung Kerinci di Pulau Sumatra, Gunung Semeru  di Pulau Jawa, Gunung Agung di Pulau Bali, Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Gunung Lampobattang di Pulau Sulawesi, dan Gunung Rinjani di Pulau Lombok.  Setiap gunung memiliki karakteristiknya sendiri. Mulai dari letak geografis, kondisi fisik gunung (vulkanologi), sejarah, flora & fauna, tempat-tempat menarik.  Dan yang paling penting informasi tentang medan pendakian, waktu tempuh perjalanan, waktu tempuh pendakian ada dalam buku ini. Selain itu juga, ada beberapa informasi-informasi yang sangat sangat penting dan wajib diketahui, seperti beberapa larangan yang harus dipatuhi oleh pendaki. Misalnya di Gunung Sindoro tidak boleh mendaki pada hari Wage. Larangan mendaki juga berlaku untuk hari Selasa Kliwon.Pendaki dilarang mengenakan perhisan dari batu merah. Wanita yang sedang haid pun dilarang mendaki. Ataupun di Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango yang melarang pendaki untuk membawa shampoo, sabun dan sejenisnya, kemudian membuat api unggun dan membawa barang-barang elektronika. Lain halnya dengan di Gunung Argopuro yang melarang pendaki untuk berteriak karena akan mendatangkan badai. Dan masih banyak cerita-cerita menarik  lainnya. Pendek kata, setiap tempat memiliki cerita!

Secara teknis  saya ingin sedikit mengkritik kalimat yang tertulis di cover buku ini, yakni  Pengalaman Pendakian 27 Gunung di Indonesia. Seharusnya 26 gunung yang berada di Indonesia, karena 1 gunung lagi, yakni Gunung Kinabalu berada di wilayah Malaysia. Secara keseluruhan buku ini sangat recommended bagi Anda yang hendak melakukan pendakian. Sebab buku ini memuat banyak informasi berharga yang pasti akan sangat bermanfaat.

Selamat Mendaki Gunung !

No comments:

Post a Comment