Sunday, 10 February 2013

Bekerja Diatas Normal

Waktu menunjukan pukul 21.18 . segera saja aku memutuskan untuk naik angkot. Sudah malam juga, dan gerimis sudah mulai turun, pikirku. Di dalam angkot ada dua penumpang lain. Seorang pria ABG yang duduk di kursi pendek yang berada paling ujung. Serta seorang wanita penjual jamu, umurnya kira-kira 40-50an yang tengah memejamkan matanya sambil memegang bakul jamu yang dibawanya. Penjual jamu ini duduk tepat dibelakang supir.  Sedangkan aku duduk disamping penjual jamu itu. Tak lama pria ABG yang duduk di kursi penek turun dari angkot ini. Dan tinggal saya dan penjual jamu, penumpang angkot yang tersisa. Setengah berani saya melihat penjual jamu itu terbangun dari "tidur singkatnya". Dan penjual jamu itu berbicara kepada supir dalam bahasa jawa. Aku terdiam, karena memang tidak tahu artinya. Tak berapa lama, aku iseng  bertanya kepada penjual jamu itu,." Pulang jualan jamu dimana mba?"(Aku memanggilnya mba, mungkin larena memang kebiasaanku memanggil sebutan "mba" terhaap tukang jamu langganan ku dulu).Tak kenal tua ataupun muda, pokonya saya selalu memanggilnya dengan sebutan "mba". Tukang jamu itu pun menjawab "dari stasiun ". Entah mengapa, mungkin karena rasa ingin tahuku yang besar terhadap penjual jamu itu, refleks aku melontarkan pertanyaan kembali "memang rumahnya dimana mba?". Dia pun menjawab, dan akupun tak mendengar begitu jelas ucapannya yang samar2 karena kalah dengan suara knalpot angkot yang kami naiki. Dengan samar2, dia menjawab "di belakang sekolah". Akupun tidak bertanya kembali karena akupun nanti akan tahu dimana dia turun. Setelah itu akupun menimpali jawabannya dengan pertanyaan, "dari rumah berangkat jam berapa mba?". Dia pun menjawab ". Jam 4 ato jam 5". Setelah itu, malah dia yang balik bertanya kepadaku. " turun dimana kaka?" ujarnya. Akupun hanya tersenyum dengan panggilan yang dia katakan kepadaku. Karena aku msaih penasaran dengan "SI MBA JAMU" jamu itu, akupun kembali bertanya, "mba jualan di stasiun itu keliling-keliling atau gimana?". Mba jamu pun menjawab " iya keliling-keliling" . Karena masih penasaran aku pun menlontarkan pertanyaan kembali (udah kaya wartawan aja) "Tiap hari pulang jam segini mba?". "SI MBA" pun menjawab " ya kadang sore, kadang juga jam segini" .
Dari situ aku mulai menerka-nerka kehidupan "SI MBA JAMU" itu seperti apa. ku berfikir, jika dia pulang malam, kemudian esoknya berangkat jual jamu lagi dari subuh, akan terasa berat sekali. Belum lagi, mungkin menyiapkan makan untuk anak dan suaminya. Dari raut wajahnya, "SI MBA JAMU" itu terliht sangat kelelahan. beberapa kali, dia seperti tertidur, memejamkan matanya. "Mba jamu pasti sangat kelelahan", kataku dalam hati. Ya gimana ga cape, kerja dari pagi buta sampe tengah malem kayak begini. Darisini aku mendapatkan plajaran, kalo ga ada pekerjaan yang "enak". Semua melalui serangakaian proses untuk menjadi "enak". Pola kerja "SI MBA JAMU" tentu sangat melelahkan sekali. Pandai-pandailah bersyukur terhadap pekerjaan apapun yang kita jalankan. jangan banyak mengeluh. Karna mungkin SI MBA JAMU ini hanyalah satu dari sekian banyak orang yang "Bekerja Diatas Normal"

Wednesday, 26 December 2012

Resensi Buku Jejak Sang Petualang Karya Harry Wijaya dan Christian Wijaya



Saya bukanlah seorang pendaki gunung, bukan juga seorang petualang. Saya hanyalah seorang penikmat cerita-cerita petualangan. MUNGKIN baru akan menjadi seorang petualang ataupun pendaki amatiran.

Sebuah buku yang secara tak sengaja saya temukan di perpustakan kampus…

Berpetualang mendaki gunung merupakan sebuah pengalaman yang mengasyikan. Indahnya pesona alam yang ditawarkan seakan menjadi hadiah bagi para petualang..Namun sebelumnya, saya ingin flachback sejenak. Rasanya masih belum hilang dari ingatan saya, nama Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Prof Widjajono Partowidagdo yang meninggal dunia di Gunung Tambora pada bulan April 2012 lalu. Bagi saya peristiwa itu akan selalu teringat ketika berbicara tentang pendaki gunung yang meninggal dunia ketika melakukan pendakian.

 Buku ini menceritakan berbagai pengalaman yang dialami penulisnya, Wijaya bersaudara ketika mendaki 27 gunung. Gunung-gunung yang didaki ini tersebar di beberapa pulau wilayah nusantara. Seperti Gunung Kerinci di Pulau Sumatra, Gunung Semeru  di Pulau Jawa, Gunung Agung di Pulau Bali, Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Gunung Lampobattang di Pulau Sulawesi, dan Gunung Rinjani di Pulau Lombok.  Setiap gunung memiliki karakteristiknya sendiri. Mulai dari letak geografis, kondisi fisik gunung (vulkanologi), sejarah, flora & fauna, tempat-tempat menarik.  Dan yang paling penting informasi tentang medan pendakian, waktu tempuh perjalanan, waktu tempuh pendakian ada dalam buku ini. Selain itu juga, ada beberapa informasi-informasi yang sangat sangat penting dan wajib diketahui, seperti beberapa larangan yang harus dipatuhi oleh pendaki. Misalnya di Gunung Sindoro tidak boleh mendaki pada hari Wage. Larangan mendaki juga berlaku untuk hari Selasa Kliwon.Pendaki dilarang mengenakan perhisan dari batu merah. Wanita yang sedang haid pun dilarang mendaki. Ataupun di Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango yang melarang pendaki untuk membawa shampoo, sabun dan sejenisnya, kemudian membuat api unggun dan membawa barang-barang elektronika. Lain halnya dengan di Gunung Argopuro yang melarang pendaki untuk berteriak karena akan mendatangkan badai. Dan masih banyak cerita-cerita menarik  lainnya. Pendek kata, setiap tempat memiliki cerita!

Secara teknis  saya ingin sedikit mengkritik kalimat yang tertulis di cover buku ini, yakni  Pengalaman Pendakian 27 Gunung di Indonesia. Seharusnya 26 gunung yang berada di Indonesia, karena 1 gunung lagi, yakni Gunung Kinabalu berada di wilayah Malaysia. Secara keseluruhan buku ini sangat recommended bagi Anda yang hendak melakukan pendakian. Sebab buku ini memuat banyak informasi berharga yang pasti akan sangat bermanfaat.

Selamat Mendaki Gunung !

Wednesday, 19 December 2012

Ringkasan Buku “Jurnalisme Investigasi” Karya Dandhy Dwi Laksono



1.        APA ITU INVESTIGASI
Lima Elemen Investigasi
Hampir semua jurnalis berpendapat bahwa status investigasi bukan ditentukan oleh panjang pendeknya laporan, atau apakah dia menggunakan teknik menyamar dalam liputanya, melainkan apakah laporan itu mengungkapkan kasus kejahatan terhadap kepentingan publik; apakah laporan itu tuntas menjawab semua hal tanpa menyisakan sedikit pun pertanyaan (karena kejahatan tersebut biasanya dilakukan secara sistematis) ; apakah laporan itu sudah mendudukkan aktor-aktor yang terlibat disertai buktinya (karena sistematis, maka dalam kejahatan itu biasanya ada pembagian peran, aktor pengecoh, dan kambing hitam atau korban) ; serta, apakah pembaca/pendengar/penonton sudah paham dengan kompleksitas masalah yang dilaporkan.Maka, jurnalisme investigasi biasanya memenuhi elemen-elemen ini :
1.    Mengungkap kejahatan terhadap kepentingan publik, atau tindakan yang merugikan orang lain.
2.    Skala dari kasus yang diungkap cenderung terjadi secara luas atau sistematis (ada kaitan atau benang merah).
3.    Menjawab semua pertanyaan penting muncul dan memetakan persoalan dengan gambling.
4.    Mendudukkan aktor-aktor yang terlibat secara lugas, didukung bukti-bukti yang kuat.
5.    Publik bisa memahami kompleksitas masalah yang dilaporkan dan bisa membuat keputusan atau perubahan berdasarkan laporan itu.
Bedanya Dengan In-Depth Reporting
In-depth reporting atau laporan mendalam biasanya juga disajikan panjang lebar. Tetapi, dia hanya berhenti pada pemetaan masalah. Laporan investigasi lebih maju dengan mencari di mana letak kesalahannya, apakah terjadi secara sistematis, dan siapa saja yang terlibat dan betanggung jawab.
Investigasi Sebagai Teknik Liputan
Barang kali itulah tuntutan standar jurnalisme yang baik dan lengkap (meski belum tentu berupa laporan investigasi). Sehingga tak heran bila banyak wartawan yang sampai pada premis : “jurnalisme yang baik selalu investigatif”. Padahal yang dimaksud barangkali adalah : “jurnalisme yang baik selalu melakukan verifikasi. Dan dalam verifikasi, bisa menggunakan teknik investigasi.”
Untuk memudahkan gambaran barangkali lawan katanya adalah jurnalisme jumpa pers. Yakni aktivitas jurnalistik hanya menyodorkan tape dan kamera tanpa pernah melakukan verifikasi di lapangan. Jadi saking banyaknya fenomena jurnalisme jumpa pers ini, ketika ada wartawan yan melakukan verifikasi (padahal itu adalah tuntutan minimum dalam jurnalistik) sudah disebut investigasi.
Esensi Investigasi : Bukan Soal Besar kecilnya Isu
Farid gaban adalah alumni peliput perang Bosnia yang pernah bekerja sebagai redaktur pelaksana di majalah Tempo (1998-2003). Setelah farid keluar, Tempo masih kerap mengundangnya sebagai redaktur tamu untuk menulis laporan-laporan investigasi. Farid termasuk sekelompok jurnalis yang menentang pe-mitos-an investigasi sebagai loputan yang canggih dan harus membedah persoalan-persoalan rumit atau high politics.
Dalam modul tentang jurnalisme investigasi yang ditulisnya setelah mendirikan Yayasan Pena Indonesia, Farid berpandang bahwa persoalan hidup sehari-hari bisa menjadi tema liputan investigasi yang dahsyat. Tidak harus berakhir dengan kejatuhan seorang presiden seperti Richard Nixon setelah The Washington Post mengungkap skandal Watergate di Amerika Serikat, era 1970-an.
Menurut farid, kini zaman sudah menuntut wartawan tidak hanya terpaku pada investigasi yang menyangkut pejabat atau politisi, tetapi juga berkaitan dengan relasi konsumen-produsen atau kejahatan korporasi. Karen itu, kini persoalannya bukan lagi apakah siunya harus nasional. Menyangkut Istana Negara, Bank Sentral, tetapi bisa juga kantor-polsek, pasar tradisional, bahkan tempat ibadah. Suap menyuap di terminal atau perempatan agar para sopir angkot bisa berhenti di rambu larangan adalah topic yang menarik untuk diturunkan sebagai laporan investigasi, baik media cetak, radio, maupun televise. Setiap media memiliki kekuatan dan keunggulan masing-masing.
Wartawan Bukan Polisi
Investigasi yang dilakukan jurnalis bukan investigasi dalam konsep kepolisian. Meski, sebagai teknik yang digunakan bisa saja sama, seperti pengamatan, pegintaian, atau bahkan penyamaran atau uji laboratorium. Tetapi jurnalis tetaplah jurnalis. Ia bekerja dengan batasan yang sangat jelas. Jurnalis tidak bisa menggeledah rumah atau kantor seseorang, jurnalis tidak bisa menyita dokumen, jurnalis tak mungkin memanggil paksa narasumbernya, atau mustahil pula menangkap seseorang.
Dengan alasan apapun, jurnalis tak dibenarkan mengambil atau mencuri sebuah dokumen dari pihak lain.
2.     MODAL INVESTIGASI?
Modal 1 : Kemauan, Ketekunan, dan Keberanian
Dalam proses liputan dibutuhkan moal. Moda yang dimaksud tentu bukan semata-mata anggaran, tetapi yang jauh lebih penting adalah kemuam keberanian, dan ketekunan dari “agen-agen lapangan”. Tanpa modal pertama ini, anggaran dan daya dukung logistic sebesar apa pun, akan membuat sebuah proyek investigasi macet dan Cuma menghambur-hamburkan uang.
Modal 2 : Jejaring yang Luas
Membangun jejaring sosial (network) itu seperti membangun ruas jalan atau rel kereta. Begitu juga dengan jejaring narasumber bagi wartawan. Membangunnya sungguh tidak mudah. Ada investasi waktu, pulsa (biaya), dan juga tenaga untuk setiap orang yang kita kenal. Ada seorang bekas kontributor lepas di Metro TV yang kini bekerja sebagai reporter tetap di RCTI Nama panggilannya Dodo. Dia dikenal memiliki jejaring yang sangat kuat di kepolisian. Kenalannya bukan hanya jenderal, tetapi juga anggota berpangkat rendah. Tak heran bila gambar-gambar ekslusif kasus-kasus kriminal besar mudah dia peroleh.
Modal 3 : Pengetahuan yang Memadai
Informasi dan ide liputan investigasi sebenarnya berserak di sekitar kita. Yang perlu kita lakukan adalah  membuka semua pancainera dan terus-menerus melatih kepekaan, ketekunan, dan kesabaran. Setelah menerima sebuah informasi, yang perlu dilakukan selanjutnya aalah menakar atau menentukan nilai informasi itu.
Modal 4 : Keterampilan Mengemas Laporan
Wartawan harus memiliki keterampilan dan jeli dalam pengemasan sebuah berita. Ini ibarat seorang koki yang akan mengolah bahan-bahan mentah berkualitas super menjadi sajian kuliner. Meski di hadapannya ada lobster sebesar 3 kg yang sudah susah payah ditangkap dari laut, bila dia gagal menyajikannya menjadi menu yang enak, maka semua usahanya akan sia-sia. Sangat penting bagi setiap wartawan mengenal karakter media dan topic liputan investigasi yang akan digarapnya.
Modal 5 : Komitmen Institusi Media
Sebagian besar adalah persoalan alam berfikir atau mindset. Orientasi bisnis informasi sebagai komoditas menuntut produktivitas tinggi. Syangnya, prouktivitas itu hanya ditafsirkan secara kuantitatif dan jarang secara kualitatif. Di Suara Pembaruan, seperti dikisahkan Aa Sudirman, seorang redaktur dengan enam reporter dituntut memproduksi 10-13 items berita untuk mengisi halaman satu, dua, dan tiga. Itu berarti rata-rata satu orang mengerjakan dua berita. Di televise, satu tim liputan yang terdiri ari reporter dan kamerawan rata-rata juga mengolah dua items materi berita per hari. Dengan target kerja tanpa jeda seperti itu, sulit membayangkan para reporter punya banyak waktu untuk mengembangkan teknik-teknik liputan menalam atau investigasi
3.        PERENCANAAN INVESTIGASI
Tanpa membeda-bedakan jenis medianya (cetak,radio, televise), setelah menentukan topic dan menakar bobot isinya (assessment), maka garis besar perencanaan dalam sebuah proyek investigasi adalah sebagai berikut : (1) membentuk tim (multi spesialisasi); (2) melakukan riset, observasi awal, atau survey; (3) menentukan angle (folus) dan merumuskan hipotesis; (4) merancang strategi eksekusi (Teknik, logistic, dll); (5) menyiapkan scenario pasca-publikasi.
4.        ACTION !
Tahap 1 : Mencari Bukti Fisik
Bagi media cetak, bukti fisik bisa berupa dokumen, foto, atau hasil observasi lapangan yang dilakukan jurnalis. Dokumen (kertas) atau arsip adalah material idola semua wartawan investigasi media cetak. Tapi bagi jurnalis televise, bukti fisik identik dengan rekaman video atau footage, baik yang diperoleh dari pihak lain maupun hasil tangkapannya sendiri. Sementara bagu wartawan radio, bukti fisik yang diidam-idamkan adalah rekaman suara (audio).
Metode Investigasi 3 Trails
1.    Material Trails
Material bisa berupa dokumen kertas, dokumen digital, bukti foto, rekaman video, atau rekaman audio yang bisa iperoleh dari penelusuran atas materi yang sudah ada (di tangan pihak lain), maupun dari hasil kerja-kerja lapangan yang dilakukan sendiri  oleh para jurnalis.
2.    Paper Trails
Paper trail yakni menelusuri keberadaan dan jati diri seseorang atau narasumber. Baik mereka yang diduga terlibat, maupun mereka yang mengetahui seluk-beluk masalah tersebut.
3.    Money Trails
Metode menelusuri asal-usul dan aliran arah uang dalam mengungkap sebuah kasus juga mujarab.Uang adalah salah satu motivasi utama manusia berbuat sesuatu. Karena itu, mengikuti aliran dan asal-usul uang bisa menuntun kita menemukan siapa saja yang bermain.
Tahap 2 : Mencari dan Mengumpulkan Kesaksian
Secara sederhana, mengumpulkan kesaksian adalah mencari orang-orang yang bisa membantu kita memecahkan persoalan.. Atau dengan cara  yang agak “sembrono”, ini merupakan kegiatan mengumpulkan keterangan ari mereka yang “berpihak” kepada hipotesis kita. Mereka bisa saja saksi mata sebuah peristiwa, anggota kelompok criminal, atau bagian dari konspirasi kejahatan ekonomi yang memberikan kita informasi yang langsung berkaitan dengan kasus. Tapi di sisi lain mereka bisa juga para akuntan yang membantu melakukan audit forensic, seorang dokter ahli ginjal yang menerjemahkan hasil tes laboratorium dalam bahasa awam atau seorang penjaga makam yang bersaksi bahwa tak ada seorang pun yang pernah menziarahi makam seperti kasus de Guzman.
5.        TEKNIK PELIPUTAN
Ragam Teknik Penyamaran
1.      Penyamaran Melebur (Immerse)
Dalam investigasi RCTI tentang TKI illegal, dua reporter SAI dan HRW menyamar sebagai TKI. Dalam konteks ini mereka bisa disebut seang melebur. Dengan cara melebur (immerse) sebagai TKI, maka reporter bisa langsung berinteraksi dengan para calo perekrut dan pihak-pihak yang mengirim para TKI illegal, sekaligus mengambil gambar.
2.      Menempel (Embedded)
Ini adalah teknik “kuda troya”, I mana jurnalis memanfaatkan objek tertentu sebagai kendaraan untuk mendapatkan fakta, keterangan atau akses. Teknik penyamaran menempel, misalnya digunakan banyak wartawan yang ingin menembus penjara dengan menyamar sebagai anggota keluarga pembesuk atau bagian dari tim pengacara.
3.      Penyamaran Berjarak (Surveillance)
Istilah Surveillance sendiri juga berarti pemantauan atau pengamatan, di mana objek atau sasaran tidak merasakan kehairan kita. Paanan lain dalam bahasa Inggris-Nya adalah shaowing (membayangi). Makna berjarak dalam penyamaran ini bukan saja makna jarak secara fisik, tetapi juga secara sosiologis atau psikologis.
Observasi
Aktivitas jurnalis menggunakan semua pancaideranya untuk mencari informasi atau menemukan fakta I lapangan. Karena observasi berkaitan dengan pancaindera, maka teknik ini lebih dikenal di media massa cetak sebagai bekal menulis deskruipsi secara detail., factual dan menarik. Sementara bagi jurnalis televise, apa yang direkam kamera, ituah yang disaksikan penonton. Atau apa yang direkam tape recorder, itu jugalah yang terengar di radio.
Decoying Alias Mengecoh
Ada teknik lain yang memang harus terang-terangan menggunakan identitas wartawan, tetapi tujuannya justru untuk menyamarkan misi liputan yang sesungguhya. Inilah yang dinamakan teknik decoying (to decoy). atau mengecoh. teknik ini digunakan bila kita ingin menapatkan akses pada suatu informasi yang berada di pihak tertentu, tapi mereka cenderung ragu atau menutupinya. Namun pihak tersebut sebenarnya tidak anti-media. Mereka akan terbuka terhadap informasi atau akses atas hal yang lain, tapi bukan jenis informasi atau akses yang kita mau. Di sinilah teknik decoying bisa membantu.
6.        MENGEMAS LAPORAN
Overview : Radio, Cetak,dan Televisi
Setiap meia memiliki karakter yang menjadi kelebihan sekaligus kelemahannya. Karena itu tak semua jenis isu bisa maksimal dihadirkan di meia tertentu. Hal ini juga turut memengaruhi strategi pengemasannya.Di tngah impitan deadline, jurnalis radio tak perlu mempertaruhkan segalanya untuk mendapatkan long form hasil udit Price Waterhouse Cooper (PWC) dalam kasus Bank Bali (1999-2000) bila materi itu sama sekali tidak dibunyikan di medianya. Ini berbeda dengan jurnalis media cetak yang lebih memiliki ruang mengemas informasinya dalam aneka pilihan menu, seperti teks, foto, atau grafis.Demikian juga dengan investigasi di televise. Teknik Pengemasan investigasi kasus korupsi, konspirasi pembunuhan, atau kejahatan lingkungan membutuhkan stratgi pengemasan yang berbeda. Dibutuhkan lebih banyak grafis dan teknik editing gambar dengan ritmr (pacing) yang lebih cepat untuk isu korupsi dan konspirasi pembunuhan, dibandingkan kasus kejahatan lingkungan.
Internet Paling Atraktif
Dalam hal pengemasan, sebuah laporan investigasi yang dipublikasi media online (internet) bisa disebut paling atraktif dibandingkan ketiga jenis media konvensional pendahulunya. Melalui internet sebuah laporan investigasi bisa terdiri dari naskah, foto, aneka grafis, rekaman audio, bahkan video streaming sekaligus.
Musuhmu Adalah Panjangmu
Proses pengemasan laporan adalah tahap krusial dalam investigasi. Bagi media cetak, musuh utamanya adalah bentuknya seniri yang panjang berhalaman-halaman. Pembaca sering “terteror” secara psikologis dengan artikel yang panjang, bila para koki gagal menghadirkan tampilan fisik yang memikat dalam artikel tersebut, yang bisa langsung itemukan pembaca alam hitungan menit. Inilah pertempuran pertama yang harus dimenangkan media cetak. Unsure-unsur yang membuat cerita tersebut layak dibaca, harus dimunculkan paa kesan pertama, saat pembaca masih menimbang-nimbang apakah ia memiliki waktu setengah jam untuk membaca laporan tersebut.
Jenis Media dan Daya Serap Cerita
Media cetak memiliki fleksibilitas ruang karena bisa membacanya dimana saja, mulai dari yang serius di meja kerja, sembari menunggu angkutan, di jok belakang mobil, hingga di dalam toilet. Dia juga fleksibel dalam hal waktu. Internet reatif hanya memiliki fleksibilitas  waktu, tetapi tidak punya fleksibilitas ruang. Sementara televise dan radio, sama sekali tidak memiliki fleksibilitas itu, kecuali merekamnya. Itu pun hanya mengatasi fleksibilitas waktu, bukan ruang. Tayangan televise atau siaran radio telah ditentukan jawalnya, sehingga public hanya bisa mengosumsinya pada momen tersebut.
Teknik Penulisan
Menulis naskah untuk media cetak/online, televise, an raio memiliki teknik yang berbea. Media cetak menggunakan bahasa tulis, sedangkan televise dan radio menggunakan bahasa tutur/lisan.
Kerangka Cerita Adalah Peta
Peta itu adalah sebuah rancangan cerita Sebuah kerangka yang akan memandu kita mengisi “daging-daging” yang telah kita kumpulkan. Kita tak perlu melakukannya sendiri.Jurnalis yang baru pulang dari lapangan cenderung menganggap semua materi yang diperolehnya penting. Sehingga terkadang dia kehilangan fokus dan “berselingkuh” dengan persoalan yang lain. Karena iu sangat penting bagi kita untuk kembali duduk dengan anggota tim an meminta mereka melakukan assessmentatas semua materi dan cerita yang telah diperoleh dari lapangan. Reporter cukup bercerita, dan biarkan anggota tim lain yang cukup berjarak dengan objek liputan memutuskan mana yang penting.
7 Elemen dalam Penulisan
Wartawan senior Farid Gaban merumuskan tujuh elemen yang hasrus diperhatikan seorang jurnalis media cetak dalam membuat sebuah tulissan : Informasti, Signifikan, Fokus, Konteks, Wajah  Bentuk, Suara.
7 Kegagalan Dalam Penulisan
1.       Gagal menekankan segala yang penting
2.       Gagal menghadirkan fakta-fakta yang mendukung
3.       Gagal memerangi kejemuan pembaca karena terlalu banyak hal yang umum
4.       Gagal mengorganisasikan tulisa secara baik, entah itu kalimat maupun keseluruhan cerita.
5.       Gagal mempraktekkan tata bahasa secara baik; salah membubuhkan tanda baca dan salah menulis ejaan.
6.       Gagal menulis secara berimbang
7.       Gagal mengaitkan diri dengan pembaca.
Waspadai Kata Sifat
Tulisan panjang kerap menggelincirkan kita paa pemborosan kata sifat : bagus-jelek, mewah sederhana, mahal-murah, tinggi-renah, yang kesemuanya kadang sangat sensitive dalam sebuah laporan investigasi. Menulis deskripsi prinsipnya adalah menggunakan informasi spesifik, tanpa menyebut sifatnya.
7.        KODE ETIK
Efek Samping Peliputan
Bila ada sebuah liputan investigasi yang berbuntut panjang dan cukup kompleks I era tahun 2000-an,yakni kasus dugaan penggelapan pajak Sian Agri (2007). Liputan  ini menimbulkan efek samping yang bisa menjadi mata kuliah terseniri I kelas-kelas jurnalistik. Ada gugatan hukum, ada tekanan kepada individu jurnalis, ada “penyaapan” sms, pembocoran naskah yang belum diterbitkan, penggalangan para ilmuan dan wartawan, operasi pembungkaman media lain melalui iklan, wartawan “diinteli”, wartawan I BAP, serta aspek-aspek etik dalam proses peliputan. 
Perlindungan Sumber
Bagian paling penting dari liputan apapun, terutama investigasi adalah perlinungan narasumber selain perlindungan diri sendiri. Prinsip itu harus dipegang karena menyangkut berbagai aspek seperti integritas media, profesionalsme jurnalis, dan yang paling penting karena menyangkut nasib orang. Wartawan boleh saja heroic dan tak gentar menghadapi berbagai mara bahaya dalam menjalankan tugasnya. Namun wartawan yang baik tak hanya  memikirkan nyalinya sendiri, dia juga harus berfikir tentang nyali orang lain.wartawan tidak boleh memancing dan menjebak narsumbernya untuk mendapatkan sebuah keterangan yang tidak mereka sadari dampak dan akibatnya.
Sumber Anonim
Dalam investigasi, narasumber anonim sering memegang peranan penting. Meski demikian, wartawan tetap harus berhati-hati menghadapi dan memperlakukan sumber anonim.
Mencuri Materi
Bila yang dimaksud dengan “kepentingan umum” itu menyangkut keseamatan nyawa orang, maka hal pertama yang harus dilakukan justru buka memublikasikannya, tetapi menyerahkannya ke otoritas berwenang. Melalui tangan dan pernyataan merekalah, sebagai wartawan, kita bisa mengutip isi dokumen tersebut.
Etika Menyamar dan Merekam Diam-Diam
Ada yang berpandangan bahwa tindakan yang terekam kamera atau mata wartawan alam observasi langsung tidak peru dikonfirmasi. Sementara hal-hal yang yang tidak disaksikan sendiri oleh wartawan perlu mendapatkan konfirmasi. Sementara jurnalis lain berpandangan bahwa apapun yang diperlehnya, wartawan harus member ruang pihak lain untuk memberikan keterangan, tafsir atau membela diri atas bukti-bukti yang diapat. Sebab, selalu ada kemungkinan wartawan tidak akurat pada materi tertentu, seyakin apapun dia. Bila merujuk kepada kode Etik Jurnalistik Dewan Pers, maka hanya ada dua alasan yang membuat  praktik penyamaran dibenarkan : Demi kepentingan public dan tak ada cara lain untuk mendapatkan informasi.
Wajah tersangka
Pedoman Perilau Penyiaran mengatur tentang wajah tersangka sebagai berikut :
“Dalam pemberitaan kasus kriminalitas dan hukum, lembaga penyiaran harus menyamarkan identitas (termasuk menyamarkan wajah) tersangka, kecuali identitas tersangka memang suah terpublikasi dan dikenal secara luas.
Rekonstruksi dan reka Ulang Adegan
Ada sejumlah syarat ketat yang diatur pedoman Perilaku penyiaran dalam penggunaan rekonstruksi:
1.      Adegan rekonstruksi kejahatan yang eksplisit dan terperinci tidak boleh disiarkan.
2.      Adegan rekonstruksi kejahatan seksual dan pemerkosaan sama sekali tidak boleh disiarkan.
3.      Siaran rekonstruksi kejahatan harus memperoleh izin dari korban kejahatan, atau pihak yang dapat dipandang sebagai wakil korban.
4.      Adegan rekonstruksi yang memperlihatkan modus kejahatan secara eksplisit dan terperinci dilarang.
5.      Aegan rekonstruksi yang memperlihatkan cara pembuatan alat-alat kejahatan tidak boleh disiarkan.

Tuesday, 18 December 2012

Ringkasan Buku “Bre-X Sebungkah Emas Di Kaki Pelangi” Karya Bondan Winarno



PENDAHULUAN : KALIMANTAN
Sumatera punya nama, Kalimantan punya emas. Selain disebut sebagai Nusa Perca (Pulau Karet) karena hasil karetnya, Sumatera juga disebut sebagai Swarnadwipa (Pulau Emas). Julukan Swarnadwipa bagi Sumatera adalah karena di Sumatera-lah sejarah mencatat adanya penembang emas pertama di Indonesia.Peta kuno pra-kolonial Sumatera menunjukka adanya dua tempat penambang emas, yaitu : Rajanglebong di bagian utara Bengkulu, dan Batanggadis di bagian selatan Sumatera Barat. Sebagian orang juga berteori bahwa nama kaliamantan sebetulnya berasal dari kata “kali”, “emas”, dan “intan”, yang menunjukkan adanya keterkaitan pulau ini dengan hasil tambang emas dan intan. Tambang intan tradisional yang terkenal di Kalimantan adalah Martapura. Di Campaka, dekat Martapura, Kalimantan Selatan, pada 1965 ditemukan intan sebesar 166 karat yag terkenal dan diberi nama “Trisakti”.Pada pertengahan abad 18, Sultan Mempawah (Kalimantan Barat) mendatangkan sekitar 20 orang Cina dari Provinsi Kwantung untuk dipekerjakan di tambang-tambang emas Kaliamantan Barat. Mengikuti pola village republic dan mekanisme otonomi yang mereka bawa dari Kwantung, orang-orang Cina ini pun kemudian membentuk berbagai kongsi (asosiasi komunal, mirip koperasi) di Kalimantan Barat. Banyaknya orang-orang Cina di Kalimantan Barat hingga saat ini adalah bukti hidup adanya tambang emas dan intan Kalimantan di masa lalu (Onghokham, 1996).Indonesia, tampaknya, hingga kini memang masih menyimpan berbagai “rahasia emas”. Salah satunya adalah “emas” Dana Revolusi yang di-isu-kan berjumlah 32 juta metric ton dan hingga kini masih tersimpan di Swiss. Sejarah telah membuktikan bagaimana emas mengubah nasib suatu bangsa atau masyarakat : for better, and worse. Emas telah membuka frontier kemakmuran baru di Amerika Serikat, Canada, dan Australia. Saat ini, Afrika Selatan memegang reputasi sebagai sumber emas utama dunia.
Tetapi, sejarah pula yang membuktikan betapa ketamakan manusia telah menampilkan berbagai skandal dalam perburuan emas. Kasus Busang ini – fortunately or unfortunately – adalah kasus penipuan terbesar yang pernah terjadi di bidang perburuan emas.

1.    BUSANG
Orang-orang Dayak Busang yang sudah dua hari mengunjungi perkemahan kami adalah makhluk-makhluk yang aneh. Kaum prianya berperawakan jankung, kurus, tetapi berotot. Kaum wanitanya kecil, ramping, seperti kekurangan gizi. Pakaian dan gambar rajah mereka menyerupai orang-orang Mahakam Hulu. Persenjataan mereka terutama sumpit dan parang. Mereka menanam sedikit padi, dan menggatungkan hidupnya dari hasil buruan kondisi yang sering memaksa nmereka sering berpindah tempat. Percakapan mereka lakukan dalam bahasa Busang. Menurut Bernard Sellato, seorang insinyur geologi bangsa Perancis yang kemudian menekuni bidang antropologi dan ahli tentang Kalimantan, mengatakan bahwa Busang adalah nama satu kelompok etnis yang bermukim di hulu Sungai Mahakam, sekitar Kecamatan Longbagun dan Longpahangai, di Kalimantan Timur.
TAMBANG EMAS TRADISIONAL
Sungai Musang di masa lalu adalah surga bagi masyarakat Dayak. Para pedatang pun mulai bermunculan di sekitar Sungai Musang itu mendengar adanya rezeki emas. Pada tahun-tahun pertama pendulangan emas di kawasan itu, masyarakat Dayak mengadakan pesta adat ngadet setiap tahun sebagai ucapan penghormatan kepada “pengusa” sungai. Mereka mempersembahkan kurban dengan memotong ayam dan babi. Di antara para pedulang tradisional ini juga berlaku berbagai ketentuan yang bersifat magis. Misalnya, emas atau intan yang baru saja ditemukan tak boleh disimpan di dalam kantung pakaian, melainkan harus dimasukkan ke dalam mulut. Mereka juga tak boleh sembarangan menyebut emas dan intan. Intan, misalnya, disebut sebagai galuh (putri cantik). Bila orang tak mampu mengendalikan emosi ketika menemukan benda berharga, dan menyebut benda-benda temuannya secara sembarangan, benda itu bisa berubah menjadi batu biasa.
KONTRAK KARYA
Bersumber dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yang sakral itulah semua peraturan tentang pertambangan diderivasikan. Secara bijaksana pula Pemerintah membuat penafsiran, bahwa “menguasai” tidaklah identik dengan “memiliki”. Penafsiran ini merupakan landasan penciptaan peraturan-peraturan di bidang usaha pertambangan Indonesia. Dalam sebuah diskusi di Sekretariat Negara sekitar sepuluh tahun yang lalu, Pemerintah bertekad untuk mengurangi kesan (down tone) kepemilikan, dan sebaliknya mencuatkan kepentingan pemasukan Negara, kesempatan kerja, dan mengurangi kesenjangan dengan memakai asset yang dikuasai Negara.Kontrak pertamabangan berdasarkan production sharing itu hanya berlaku bagi komditi minyak dan gas bumi, serta batubara. Untuk jenis-jenis mineral lain, berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan, Pemerintah menerapkan sistem Kuasa Pertambangan (KP, hanya pengusaha nasional), dan Kontrak Karya (KK, hanya untuk pengusaha asing). Perbedaan utama antara KPS (Kontrak Production Sharing) dan KK (Kontrak Karya) adalah bahwa pada KPS manajemen seluruh kontraktor asing ditangani oleh Indonesia, dalam hal ini Pertamina. Pada prinsipnya Kontrak Karya memberi jaminan hak untuk menambang bagi kontraktor yang berhasil menemukan cebakan mineral yang ekonomis. Prinsip yang kedua adalah apa yang dikenal di kalangan hukum sebagai lex specialis, yaitu bahwa ketentuan-ketentuan di dalam Kontrak Karya itu tidak akan berubah selama masa berlaku kontrak.
PUNCAK GUNUNG ES
Kuntoro Mangkusubroto, ketika masih menjabat sebagai Direktur Jendral Pertambangan Umum, mengatakan bahwa Kontrak Karya hanya diberikan kepada kontraktor asing sesuai dengan kebijakan Pemerintah setelah mempertimbangkan besarnya modal untuk melakukan usaha di bidang ini. Namun demikian, menurut Kuntoro, Pemerintah juga mulai mempertimbangkan pemberian Kontrak Karya kepada kontraktor nasional, atau perluasan dari sistem Kuasa Pertambangan yang sekarang diberikan kepada pengusaha nasional.
SABUK EMAS KALIMANTAN
Di kalangan Masyarakat pedalaman kalimantan, emas merupakan perburuan sehari-hari. Orang-orang Dayak selalu mempunyai dulang dan timbangan. Ke mana-mana mereka pergi membawa dulang. Bahkan, kalau ada genteng yang jatuh dan pecah, orang akan mengamatinya kalau-kalau ada butiran emas di dalamnya.
ISI PERUT BUMI INDONESIA
Pemerintah Republik Indonesia sebenarnya sudah membuat langkah maju dengan berhasilnya dirampungkan pekerjaan memetakan seluruh wilayah Kepualaun Indonesia dengan skala 1:250.000. beberapa bagian bahkan telah pula dipetakan dengan skala 1:50.000 maupun 1:25.000. pemetaan itu dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi.
HAK ULAYAT SUKU DAYAK
Sekalipun kekayaan alam yang terkandung di dalam perut bumi itu dimiliki oleh Negara, tetapi masyarakat yang secara adat memiliki hak ulayat atas lahan tentunya tak bisa disingkirkan begitu saja. “Hak mereka tak cukup hanya sekadar diganti dengan relokasi. Harus ada empati serta ‘ganti rugi’ yang menjadikan kehidupan mereka lebih baik,” kata Dr. Maria S.W. Sumardjono, Kepala Studi Pertanahan Universitas Gajah Mada menjawab pertanyaan Kompas.

2.    JOHN FELDERHOF
Lahir di Negeri Belanda menjelang Perang Dunia II, John B. Felderhof adalah satu diantara 12 anak seorang dokter yang pada 1954 bermigrasi ke New Glasgow, Nova Scotia. Menurut Felderhof, ayahnya pernah di-internir pada masa pendudukan Jepang dan sempat menjadi romusha (kerja paksa). Felderhof sering menceritakan betapa ia berutang budi kepada rakyat Indonesia yang sekalipun dalam keadaan kekurangan, tetapi membantu ayahnya dengan menyelundupkan makanan ke dalam kamp tahanan. Karena itulah Felderhof selalu mengatakan bahwa ia ingin berbuat sesuatu yang terbaik bagi rakyat Indonesia.
TERBENTUKNYA ALIANSI
Pertemuan pertama dua masterminds yang di kemudian hari membuat sejarah yang mencengangkan dunia terjadi pada 1983. Peter Howe yang ketika itu sedang hangat-hangatnya menggarap emas di Kalimantan ketamuan seorang promotor saham Canada, David Walsh. Walsh juga diperkenalkannya kepada Federhof. Pertemuan terjadi di rumah Peter Howe di Sydney. David Walsh datang mencari potensi pertambangan Australia yang bisa ditangkapnya. Ketika bertemu dengan Walsh, Federhof sudah 20 tahun malang-melintang di berbagai medan eksplorasi dunia, dari Quebec hingga Afrika Selatan, dan terakhir di pedalaman Kalimantan. Tentu ia menceritakan juga kejayaan di masa lalu sebagai penemu cebakan Ok Tedi di Papua Nugini. Teorinya yang non-konvensional tentang cebakan emas dunia sangat memukau David Walsh.
PENEMUAN DIATREMA MAAR
Pengalaman Michael De Guzman mengenai mineralisasi yang berhubungan erat dengan kompleks-kompleks diatrema dan diatrema maar-kawah maupun diatrema maar-kubah, khususnya  di tambang Acupan dan tambang-tambang lainnya di daerah Baguio, Filipina, dianggap merupakan pengalaman yang menguntungkan bagi Bre-X. Apalagi karena sejak 1987 ia sudah berada di berbagai pelosok Kalimantan bersama Federhof, Bre-X tampaknya tinggal menuai saja dari kekayaan pengalaman De Guzman.
DEMAM EMAS
Penemuan demi penemuan dari lubang pengeboran baru yang secara regluer dilaporkan dari markas besar Bre-X di Calgary terus-menerus menambahkan data potensi cebakan Busang. Bersama dengan itu, harga saham Bre-X pun terus meningkat. Harga saham Bre-X pada akhir 1994 baru mencapai C$1,90, pada Mei 1995 telah berada pada tingkat C$2,05. Data potensi cebakan Busang yang dibicarakan pada saat itu baru pada tingkat tiga juta ons emas.

3.    DAVID WALSH
Memainkan saham adalah sebuah kegiatan yang sudah mendarah-daging bagi David Walsh. Brian Hutchinson dalam laporannya di Canadian Business menulis bahwa kakek dan ayah David Walsh pun adalah pialang saham.
AWAL PERSETERUAN DENGAN BARRICK
Bagaimanapun, harus diakui bahwa David Walsh adalah seorang survivor yang pantang menyerah. Ia juga bukan jenis “kutu loncat” yang berpindah-pindah jalur dalam menjalankan bisnis. Walsh tahu bahwa bidang keahliannya adalah sebagai seorang promotor saham. Dan di jalur itulah ia terus bertahan : hujan lebat maupun angin kencang.
NILAI SAHAM BRE-X TERUS MENDAKI
Gugatan Jusuf Merukh itu ternyata tak mendampak di pasar saham Canada. Bahkan, tak terdengar gaungnya. Tiga minggu setelah tuntutan Jusuf Merukh terhadap Bre-X, Eagle and Partners, Inc., sebuah perusahaan pialang saham di Canada, dalam Analyst Updates tanggal 22 Juli 1996 masih merekomendasikan “strong buy” terhadap saham Bre-X. Harga saham Bre-X pada minggu ketiga Juli 1996 itu berada pada level C$24.80 per lembar. Pada level harga tersebut, kapitalisasi pasar Bre-X sudah mencapai C$5,7 milyar, atau AS$4,2 milyar. Setahun sebelumnya harga saham baru mencapai level C$2.65. Sisa 237 juta lembar saham Bre-X masih outstanding.
UPAYA MENCARI MITRA
Sejak melakukan stock split pada Mei 1996, David Walsh sudah mulai menyadari bahwa Bre-X tak akan mampu menangani operasi penambangan proyek Busang yang berskala sedemikian besar. Ia menyadari bahwa kekuatannya adalah sebagai promotor saham. Rolando Francisco yang baru direkrutnya pun “hanya” orang keuangan yang tak mempunyai track record untuk memimpin sebuah operasi penambangan berskala besar. Paul Kavanagh, mantan kepala eksplorasi Barrick yang ditarik menjadi direktur Bre-X dianggap sudah tua dan tak punya pengalaman yang cocok untuk pekerjaan itu. Juga Felderhof tak dinilai mampu mengisi sepatu kosong itu. John Felderhof adalah orang lapangan yang andal alam pekerjaan ekspolorasi, tetapi tak mmpunyai disiplin dan kemampuan manajerial untuk memimpin operasi pertambangan skala raksasa.

4.    KUNTORO MANGKUSUBROTO
Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, M.Sc. sebenarnya adalah muka baru dalam percaturan politik dan birokrasi pemerintahan. Ia menghabiskan sebagian waktunya di lingkungan akademis. Ia adalah seorang gurubesar di Jurusan Teknik Industri ITB (Institut Teknologi Bandung) dan Universitas Airlangga Surabaya. Textbook yang ditulisnya bersama C. Listiarini Trisnadi berjudul analisa keputusan menjadi buku wajib dibanyak perguruan tinggi. Kuntoro mengantongi tiga gelar magister. Dua gelar diperolehnya dari North Eastern University Master of Sciens in Industrial Enginering dan Master of Science dibidang Opertion Research. Sedangkan gelar Master of Science di bidang Civil Engineering di bidang transportation economics diperolehnya di perguruan bergengsi Standford University. Gelar doctor diraih di almamaternya, ITB, dengan disertai tentang Analisa Keputusan

5. MOHAMAD HASAN
Munculnya nama Mohamad Hasan secara tiba-tiba dalam proyek Busang memang merupakan suatu keniscayaan yang sudah lama diduga banyak orang. Terutama karena sebelumnya telah berhadap-hadapan di dalamnya dua kekuatan besar “ Sigit Harjojudanto dan Siti Hardijanti Rukmana.
MUNCULNYA DIMENSI BARU
Mohamad Hasan, lebih dikenal dengan nama Bob Hasan, aalah seorang pengusaha kepercayaan Presiden Soeharto. Hasan adalah orang yang paling - sering untuk tidak mengatakan selalu – menemani Pak Harto bermain golf. Pada suatu  kurun waktu, sebagian orang Indonesia bahkan menganggap Hasan adalah Wakil Presiden Republik Indonesia de facto. Semua Wakil Presiden de jure tampaknya memang mencemburui hubungan istimewa Pak Harto dengan Mohamad Hasan. Kedudukan unik Mohamad Hasan itu bahkan tdak tergeser sekalipun sudah lima kali terjadi pertukaran Wakil Presiden yang sebenarnya.
Bisnis utama Mohamad Hasan adalah bidang perhutanan, bisnis yang digelutinya sejak 1960-an. Semua perusahaannya di bidang hasil hutan itu kemudian diwadahkan dalam di dalam lembaga yang bernama kelompok Nusamba (Nusantara Ampera Bakti) yang ditubuhkan pada 1981. Hasan juga menjadi Ketua dari Masyarakat Perhutanan Indonesia. Langkah-langkahnya di bidang hasil hutan telah mematikan industry kayu lapis di Jepang, serta kemudian mengembangkan industry kayu lapis Indonesia menjadi kekuatan utama dunia. Prestasinya di bidang perhutanan bahkan sudah diakui internasional, terbukti dengan dianugerahkannya penghargaan Harry A. Merlo dari World Forestry Center yang diserahkan pada 25 Maret 1997 di Santiago, Chile.
Mohamad Hasan juga merupakan pemain penting dalam bisnis otomotif. Bersama empat pengusaha lainnya – Anthony Salim, Prajogo pangestu, Putra Sampoerna, Usman Admadja – Mohamad Hasan merupakan bagian dari “lima besar” yang memiliki saham mayoritas PT Astra Internationak. Pada pertengahan Maret 1997, Mohamad Hasan bahkan menggeser A.R. Ramly sebagai Presiden Komisaris Utama. Melalui nusamba, Hasan juga mempunyai keterlibatan yang dalam di bidang keuangan, antara lain dengan kepemilikan Bank Duta dan Bank Bukopin.Selama ini Hasan memang tak punya track record di sector pertambangan. Karena itu menjadi agak mengejutkan ketika tiba-tiba terdengar berita bahwa  Mohamad hasan berniat mengambil alih 49% saham PT Indocopper Investama Corporation yang dimiliki PT Bakrie & Brothers. Langkah Mohamad hasan di sector pertambangan ternyata tak terhenti di sana. Belum lagi tuntas masalah pengambilalihan saham Indocopper Investama, ia sudah memasuki pembicaraan dengan H Syakerani untuk membeli saham PT Askatindo Karya Mineral dan Amsya Lina.
Adalah Ir. Harsono, Direktur Utama PT Panutan Duta, yang sebelumnya diketahui melakukan pendekatan kepada Mohamad Hasan tentang proyek Busang ini. Sigit Harjojudanto, pemilik panutan Duta, dan Mohamad Hasan adalah sama-sama pemegang saham masing-masing sebesar 10% di kelompok Nusamba. Harsono pulalahh, menurut seorang sumber, yang memberikan gagasan kepada Mohamad Hasan untuk menggandeng Freeport dan menyingkirkan Barrick dalam menggarap proyek Busang, dan kemudian mengakuisisi sebagian saham Askatindo dan Amsya Lina. Menurut sebuah sumber, Dharma Yoga Sudjana juga dikabarkan masuk dalam kepemilikian Askatindo dan Amsya Lina.

6. MICHAEL DE GUZMAN
Hari Rabu, 19 maret 1997, adalah hari naas bagi Michael Antonio Tuason de Guzman, 41 tahun, Manajer Eksplorasi PT Bre-X Corp. Ia “terjatuh” dari helicopter yang membawanya dari bandara Temindung, Samarinda, kembali ke base camp tambang emas Busang di Desa
PERSIAPAN MEKARBARU
Menurut penerbang Letnan Kolonel Edi Tursono dan juru mesin Andrean, yang keduanya duduk di depan, pada menit le 17 setelah meninggalkan Samarinda pada pukul 10.13, mereka merasakan hempasan angin dari arah belakang. Ketika itu heikopter terbang pada ketinggian 800 kaki dengan kecepatan 90 knots. Paa saat mereka menoleh, kursi di belakang dengan satu-satunya penumpang itu sudah kosng, dan pintu kanan helicopter terbuka. Edi Tursono berputar-putar selama 20 menit paa ketinggian 200 kaki di atas lokasi untuk mencari De Guzman, sebelum kemudian memutuskan untuk kembali dan mendarat di Samarinda pada pukul 11.05. Korban iduga jatuh di sekitar wilayah kecamatan Muarakaman dan Sabintulung. Kabupaten Kutai, paa koordinat 00.06.25 LS an 116.57.67 BT. Tim SAR gabungan terdiri atas beberapa unsure yang segera diberangkatkan ari Samarinda an Balikpapan siang itu juga, lain hingga matahari tenggelam tak berhasil menemukan jejak manajer berkebangsaan Filipina itu. Kapolres Samarinda Letnan Kolonel (Pol) Drs. Yayat Sudrajat menyimpan barang-barang yang ditinggalkan di helicopter sebagai barang bukti, berupa sebuah tas kulit berwarna hitam dan sebuah kopor putih berisi antara lain : dua jam tangan, satu gelang dan dua cincin emas, sebuah telepon genggam, sebuah dompet berisi kartu kredit, kartu pengenal, Rp 250.850, AS$55, dan C$20, serta surat-surat yang ditujukan kepada beberapa orang. Berdasarkan surat-surat yang ditemukan itu serta kenyataan bahwa sabuk pengaman dan pintu helicopter dalam kondisi baik, polisi menduga bahwa korban sengaja menjatukan diri dari helicopter yang membawanya. Tim Freeport yang menunggu di base camp Busang – Vice President Exploration PT Freeport Indonesia David Potter, dan Senior Vice President Exploration Freeport- McMoRan Steve van Noort, bersama keenam anggota timnya- pun tak kurang kagetnya atas  berita kematian De Suzman. Pertama, karena mereka sebetulnya mengharapkan ketemu john Felderhof yang pangkatnya setara. Kedua, karena seorang utusan yang “hanya” berpangkat manajer itu pun akhirnya memilih untuk bertemu Tuhan ketimbang harus menjelaskan dimana letak emas yang tak ditemukan Freeport. Ada berbagai kejanggalan sebetulnya dari peristiwa di atas. Pertama, dalam penerbangan carter seperti itu, biasanya pihak pencarter akan diberi “kehormatan” untuk duduk di kursi depan. Di sebelah penerbang –the best seat in the house. Tetapi mengapa justru jurumesin yang duduk di depan bersama penerbang? Keua, beberapa geolog yang ketika itu berada di bandara Samarinda – mngatakan bahwa mereka melihat ada seorang pria tak dikenal yang masuk ke dalam helicopter itu setelah Rudy vega turun di Samarinda. Alibi bunuh diri diperkuat dengan ditemukannya surat di dalam tas kulit berwarna hitam milik De Guzman yang ditinggalkan di dalam helicopter. Surat itu ditujukan kepada istrinya di manila, Teresa Cruz dan tiga orang lainnya yaitu : John Felderhof, Bernhard Keode, dan Rudy vega. Semua surat itu aslinya masih ditahan oleh pihak kepolisian sebagai barang bukti.
PENIKMAT KEHIDUPAN
De Guzman, 41 tahun, adalah lulusan universitas Adamson di Manila. Universitas Adamson adalah satu di antara banyak universitas swasta yang terdapat di Manila. Lulus dari perguruan tinggi, De Guzman langsung memperoleh pekerjaan di Benguet Mines selama dua tahun. Benguet Mines adalah perusahaan tambang perintis di Filipina yang sudah dilembagakan sejak 1903. Beberapa tambang Benguet yang terkenal adalah tambang emas di Antamok dan Zambales, keduanya di sebelah utara dan barat laut manila.Benguet Corporation memang sudah tak sejaya di masa lalu. Setelah merugi beberapa tahun, ibarengi berbagai masalah manajemen lainnya, Benguet mulai melepas beberapa asetnya. Selama bekerja di benguet, Michael De GGuzman kabarnya merangkap menjadi konsultan di Dizon.
Michael menikah dengan Teresa Cruz, dan telah dikaruniai enam orang anak, masing-masing berumur antara 10-17 tahun. Artinya hampir setiap tahun istrinya melahirkn anak. Michael juga diketahui mempunyai tiga orang anak lain dari dua orang istrinya di Indonesia. Di Indonesia ia menikahi tiga orang perempuan. Ada pula isu lain yang mengatakan bahwa selain keempat istri itu, De Guzman juga mepunyai seorang pacar di Singapura an seorang lagi di Canada. Michael de Guzman yang sejak dulu memang menunjukkan ambisi yang kuat, juga meneruskan kuliah sambil bekerja. Ia berhasil meraih gelar magister manajemen bisnis pada lembaga bergengsi : the Asian Institute of management.

7. JIM BOB MOFFETT
Chairman merangkap Chief Executive Officer Freeport McMoRan Copper & Gold Inc, salah satu perusahaan terbesar di bidang pertambangan emas dunia, sebetulnya justru bukan “orang emas”. James Moffett lahir pada 1938 di Houma, Negera bagian Lousiana, tetapi kemudian dibesarkan di Houston, Negara Bagian Texas yang kaya minyak. Itu agaknya menjelaskan mengapa ia mempunyai latar belakang pendidikan di bidang pertambangan minyak.. Lulus berpredikat memuaskan dari Universitas Texas di Austin sebagai sarjana gologi dengan beasiswa penuh sebagai pemain sepakbola universitas, Moffett kmudian mngambil gelar magister di bidang geologi pila dari Universitas Tulane di new Orleans, negara bagian Louisiana. Selain aktif berolahraga, semasa mahasiswa Moffett juga aktif sebagai perwira cadangan (ROTC), dan pernah dipromosikan sebagai kapten Angkatan darat pada Korps cadangan Amerika Serikat. Prestasi besar Jim Bob membesarkan Freeport-McMoRan juga membuatnya memperoleh dua gelar doctor honoris causa : satu di bidang ilmu pengetahuan dari Louisiana State University, dan satu lagi di bidang ekonomi ari University of new Orleans. Lepas dari sekolah, Jim Bob menjadi konsultan geologi selama lima tahun. Pada 1969, bersama dua orang temannya, ia mendirikan MCMoRan Oil &Gas Co yang kemudian berhasil melejit menjadi salah satu perusahaan Amaerika Serikat di bidang minyak dan gas yang cukup diperhitungkan. Pada 1981 artinya 14 tahun setelah Freeport melakukan aktivitasnya di Indonesia, Jim Bob melakukan merger perusahaannya dengan Freeport Minerals Company. Perusahaan baru itu bernama Freeport-McMoRan Inc. Sejak 1984 Jim Bob menjadi Chairman merangkap Chief Executive Officer.
Jim Bob adalah seorang yang controversial. Orang-orang Indonesia mempunyai hubungan benci tapi cinta (love-hate relationship) dengan Jim Bob. Jim Bob sebenarnya :”hanya” mewarisi masalah lingkungan yang menjadi rapor buruk Freeport. Ia belum menjadi pimpinan tertinggi Freeport-McMoRan bahkan belum terlibat dengan sisi operasi di Indonesia hingga 1984. Pada 24 April, isu tentang Freeport menggoyang saham Bre-X. pada hari itu perdagangan dibuka dengan nilai saham Bre-X pada tingkat harga C$2.60. Menjelang pukul tiga petang, harga saham telah naik menjadi C$3.00. Mendaak muncul berita di internet bahwa Jim Bob Moffett mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO Freeport-McMoRan Inc. harga saham Bre-X langsung melejit ke tingkat C$5.75 dalam waktu 14 menit. Pada puku 15.15 petang, Freeport membantah rumor pengunduran diri Jim Bob Moffet. Nilai saham Bre-X terhempas lagi lagi ke titik C$2.80 pada pukul 15.20. Tetapi, ternyata masih juga banyak investor yang tak percaya pada berita itu, dan tetap mengharap bahwa Freeport telah keliru. Nilai saham merayap naik lagi, hingga mencapai C$3.62 ketika lonceng tanda akhir transaksi ari ini dibunyikan.

8. IDA BAGUS SUDJANA
Menepuk emas di Busang, terpercik ke muka sendiri. Barangkali itulah pameo yang paling tepat untuk menggambarkan pisisi I.B.Sudjana, mnteri Pertambangan dan Energi republic Indonesia. Begitu banyak sebenarnya pihak-pihak yang telah memberinya isyarat –secara langsung maupun tidak – untuk tidak melibatkan tangannya ke dalam comberan masalah Busang. Tetapi, ia tampaknya lebih mempercayai dirinya sendiri. Ketika itu barangkali mulai menyadari bahwa langkahnya kurang bijaksana, ia telah terperosok terlalu dalam, dan tak mampu keluar dari kubangan permasalahan yang diciptakannya sendiri. Banyak pihak yang menyayangkan tindakan Sudjana yang terbukti kurang prudent. Kalau saja tak ada campur tangan Pemerintah Indonesia ke dalam masalah bisnis Bre-X dengan mitra dan calon mitranya, Indonesia sebenarnya bisa terbebas dari pelechan ,edia massa intrnasional. Kalau ditangani dengan crisis management yang baik secara inim barangkali cukup Canaa dan Filipina saja yang menjai sasaran “penggorengan” media massa. Tetapi karena pemerintah melakukan intervensi terhaap sisi bisnis Bre-X – yang dianggap pers intrnasional sebagai tidak proporsional – jadilah hal trsebut sebagai sisi lain dari kasus Bre-X yang membuat surat kabar dan majalah tambah laris. Tanpa basa-basi, media internasional menuding keterlibatan Pemerintah ke dalam masalah Busang ini sebagai kelemahan kemampuan Sudjana..
BICARA DUA MENIT
Penampilan menteri I.B.Sudjana di forum internasional meninggalkan impresi yang mendalam bagi pers. Pada Juni 1996, Sudjana diundang ke Canada untuk berbicara di hadapan para perusahaan yunior guna menjelaskan potensi pertambangan di Indonesia. Kabrnya pers disana mengatakan bahwa bicaranya tak mengesankan. Pada februari 1997 Sudjana juga diundang untuk berbicara pada sebuah jamuan makan siang dengan para pengusaha Canada di Jakarta. Seorang pengusaha yang kecewa mencatat bahwa Sudjana hanya bicara selama 120 detik pada forum itu. Itu pun sama sekali tak menyentuh isu pertambangan.
PEMBERHENTIAN KUNTORO DAN ZUHAL
Kekurangmampuan Sudjana menangani masalah Busang memuncak dengan “pemecatan” terhadap Dr.Kuntoro Mangkusubroto sebagai Direktur jenderal Pertambangan Umum pada 7 April 1997. Untuk membenarkan tindakannya – bahwa pemberhentia seorang direktur jenderal adalah hal yang wajar dan bisa dilkukan setiap waktu – Dr. Zuhal, Direktur Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi, yang juga sering bersikap vocal terhadap Sudjana, ikut terkena tindakan pencopotan. Untuk menguatkan kesan kewajaran, Sudjana juga mencopot irektur jeneral Geologi dan Sumberaya Mineral Dr.Adjat Sudradjat. Bedanya bila Kuntoro dan Zuhal tak memperoleh jabatan apa-apa setelah pencopotan mereka, Sudradjat pada hari yang sama dilantik kembali menjadi Direktur Jenderal Pertambangan Umum- menggantikan kedudukan Kuntoro.

9. TORONTO
Sehari sebelumnya, Minggu malam 4 Mei 1997, di Calgary, provinsi Alberta, David Walsh teleh mengumumkan hasil analisis Strathcona Minerals. Menurut kesepaktan, hasil temuan Strathcona itu baru akan diumumkan pada hari senin pagi, 5 Mei 1997, sesaat sebelum bursa saham dibuka. Tetapi Davi Walsh rupanya tak tahan lagi menahan suspense yang dihadapinya. Senin pagi itu surat-surat kabar di Toronto, Calgary, Vancouver, Boston, dan New York berebutan menampilkan pernyataan David Walsh. Hampir semua judul berita surat-surat kabar itu mengandung kata scam (penipuan). Hanya The Wall Street Journal saja yang tetap teguh memegang sopan santun penyuntingan dan menyebut kasus itu sebagai fraud (misrepresentasi). David Walsh dalam pernyatannya itu juga mengatakan bahwa Bre-X sendiri akan melakukan penyelidikan menalam tentang laporan-laporan terdahulu yang menyebutkan aanya deposit emas alam jumlah yang amat sangat besar.
KANTOR BRE-X DIKAWAL KETAT
Di Calgary, kantor bre-X yang menempati sebuah gedung sederhana berlantai empat itu, mulai Minggu malam sudah dijaga ketat oleh petugas-petugas keamanan.Kota Calgary dibelah oleh Sungai Blow. Di sebelah selatan sungai itu adalah pusat kota dengangedung-gedung jangkung merupakan bagian elit dari kota Calgary. Sedangkan bagian utara adalah bagian yang lebih bersifat residential. Kantor Bre-X di 119 14th Street NW berada di bagian yang kurang elit itu.
DANA PENSIUN YANG TENGGELAM BERSAMA BRE-X
Di Exchange Tower Toronto, bukan hanya Rowland Fleming yang risau pada senin pagi itu. Di gedung yang sama juga berkantor First Marathon, pialang saham yang paling banyak memperjualbelikan saham Bre-X. perusahaan ini mengakui harus menelan kerugian sejumlah C$4,5 juta akibat jatuhnya nilai saham Bre-X. Selama tiga tahun terakhir, saham Bre-X yang merupakan saham favorit yang diincar investor Canada, bahkan para fund managers dari perusahaan-perusahaan reksaana serta ana pension pun berlomba-lomba berbelanja saham Bre-X. Tiga lembaga dana pension terbesar Canada merupakan korban Bre-X yang tak tanggung-tanggung. Caisse de depot et placement du Quebec, Ontario Teachers Pension Plan Board, dan Ontario Municipal Employees Retirement Board. Dalam daftar pemegang saham Bre-X tampak bahwa hampir semua lembaga dana pension Canada menanamkan sahamnya di Bre-X dalam berbagai tingkat presentase. Caisse, misalnya, mengakui telah mnderita kerugian sebsar C$70juta. Ontario Teachers merugi C$100juta, atau sekitar 0,2% dari total aktivanya. Sedangkan Ontario Municipal kehilangan  C$45 juta atau sekitar 0,17% dari kekayaannya.

PENUTUP : NEGERI EMAS
Akhir dari Saga Busang ini, mau tak mau mengingatkan saya kepada suatu episode yang pernah memalukan bangsa kita pada masakepemimpinan Preseiden Soekarno. Sepasang sumai-istri dari tegal, idrus dan markonah, berhasil memperdaya Bung karno dan segenap bangsa Indonesia dengan memalsukan idntitas seolah-olah mereka adalah raja dan aratu dari suku terasing Kubu di kawasan jambi, Sumatera Selatan. Analogi serupa bisa kita lihat pada kasus Busang ini. Segelintir pecundang dari Canada dan Filipina telah mempedaya dunia untuk kepentingan pribadi mereka.Canada sendiri  tampaknya mngakui bahwa kasus Bre-X aalah masalah Canada. Bre-X adalah perusahaan Canada, dan para investor yang kena imbas pun sebagian besar aalah perusahaan an warga Canada.
Mungkin saja kita memang telah dirugikan, sekalipun secara non materiel, dan dalam arti terbatas. Para pecundang itu telah berhasil mengungkapkan sisi buruk mutu birokrasi Indonesia, terbukti dengan munculnya campur tangan untuk ikut menguasai “cebakan emas terbesar di dunia yang tak pernah ada” itu. Kedua hal itu juga sekaligus membuktikanadanya beberapa pejabat kita yang tak mampu menampilkan intelligent assessment arena sibuk dngan interes pribadi.
Pelajaran apa sebenarnya yang bisa kita tarik ari kasus Bre-X? Jim Bob Moffett mengatakan bahwa kasus Bre-X ini setidaknya telah mengingtkan semua kita kembali bahwa usaha di bidang pertambangan adalah usaha yang sangat tinggi risikonya. Pelajaran lain yang patut kita ambil adalah para pejabat tidak terlalu bersikap reaktif, melainkan proaktif.